أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَنَتَ فِي الْفَجْرِ
Bahwasanya Rasulullah Shollallohu ‘Alayhi
wa Sallam berqunut di dalam shalat fajar (shubuh). [HR. Ahmad dalam
musnadnya no. 17913, dari Waki' dari Syu'bah dan Sufyan dari Umar dan
ibnu Murroh dari Abdur Rohman bin Abi Laila dari ibnu 'Azib]
سَأَلْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ هَلْ قَنَتَ عُمَرُ قَالَ نَعَمْ
Anas bin Malik ditanya, “Apakah Umar
berqunut?” Berkata Anas, “Ya” [HR. Ahmad dalam musnadnya no. 12237 dan
12708, dari Mahbub bin al-Hasan dari Hilal bin Abi Zaynab dari Khalid
al-Hadzdza-I dari Muhammad bin Sirin]
و
حَدَّثَنِي عَمْرٌو النَّاقِدُ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ قَالَا حَدَّثَنَا
إِسْمَعِيلُ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ مُحَمَّدٍ قَالَ قُلْتُ لِأَنَسٍ هَلْ
قَنَتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي صَلَاةِ
الصُّبْحِ قَالَ نَعَمْ بَعْدَ الرُّكُوعِ يَسِيرًا
Dan telah menceritakan kepadaku ‘Amru An Naqid dan Zuhair bin Harb, keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Ismail dari Ayyub dari Muhammad katanya; aku bertanya kepada Anas;
“Apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berqunut dalam shalat
shubuh?” Anas menjawab; “Benar, sesaat setelah ruku’.” [HR. Muslim no.
1086]
مَا زَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقْنُتُ فِى الْفَجْرِ حَتَّى فَارَقَ الدُّنْيَا
Terus-menerus Rasululloh Shollallohu
‘Alayhi wa Sallam berqunut di dalam shalat fajar (shubuh) hingga
berpisah dengan dunia (wafat). [HR. Ahmad no. 12196, HR. Ad-Daruquthniy
no. 1711 dari Abu Bakar An-Naysaburiy dari Abul Az-har dari 'Abdur
Rozzaq dari Abu Ja'far Ar-Roziy dari ar-Robi' bin Anas dari Anas bin
Malik]
Hadits di atas juga dishahihkan oleh Imam an-Nawawi dalam Majmu’ Syarh Muhadzdzab (III:504).
حديث
صحيح رواه جماعة من الحفاظ وصححوه وممن نص علي صحته الحافظ أبو عبد الله
محمد بن علي البلخى والحاكم أبو عبد الله في مواضع من كتبه والبيهقي ورواه
الدار قطني من طرق بأسانيد صحيحة
Beliau berkata, “Hadits tersebut shahih
dan diriwayatkan oleh sejumlah hafizh (penghafal hadits yang hafal lebih
dari 100 ribu hadits) dan mereka menshahihkannya. Di antara yang
menshahihkannya adalah al-Hafizh Abu Abdillah Muhammad bin Ali
al-Balkhiy, Al-Hakim Abu Abdillah dalam beberapa judul kitabnya dan Imam
Bayhaqiy. Hadits itu diriwayatkan juga oleh ad-Daruquthniy dari
berbagai jalan (sanad) dengan isnad-isnad yang shahih.”
Ada yang mengatakan bahwa hadits ini
dha’if karena ada Abu Ja’far ar-Roziy. Ketahuilah bahwa Abu Ja’far itu
dha’if dalam meriwayatkan dari Mughiroh saja, sebagaimana dikatakan oleh
para imam ahli hadits yang menganggap bahwa Abu Ja’far itu tsiqah
(dapat dipercaya). Mereka yang mentsiqohkannya diantaranya adalah Yahya
bin Ma’in dan Ali bin al-Madiniy. Al-Hafizh ibnu Hajar dalam Taqriibut
Tahdziib mengatakan bahwa Abu Ja’far itu dapat dipercaya (ثقة), jujur
(صدوق). Hafalannya buruk hanya khusus dalam meriwayatkan dari Mughiroh
saja. Hadits ini tidak diriwayatkan Abu Ja’far dari Mughiroh. Tetapi
dari ar-Rabi’ bin Anas dari Anas bin Malik, sehingga haditsnya shahih.
LAFAZH DOA QUNUT
اللَّهُمَّ
اهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْتَ وَعَافِنِي فِيمَنْ عَافَيْتَ وَتَوَلَّنِي
فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ وَبَارِكْ لِي فِيمَا أَعْطَيْتَ وَقِنِي بِرحْمَتِكَ
شَرَّ مَا قَضَيْتَ فَإِنَّكَ تَقْضِي وَلَا يُقْضَى
عَلَيْكَ وَإِنَّهُ لَا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ وَلَا يَعِزُّ مَنْ
عَادَيْتَ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ فَلَكَ الْحَمْدُ عَلَى مَا
قَضَيت اَسْتَغْفِرُكَ وَ اَتُوبُ اِلَيكَ وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّد النَّبِيِّ اْلأُمِّيِّ وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ
وَسَلَّم وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِين
LAFAZH QUNUT NAZILAH
اَللَّهُمَّ
عَافِنَا وَالْطُفْ بِنَا وَاحْفَظْنَا وَانْصُرْنَا وَفَرِّجْ عَنَّا
وَالْمُسْلِمِين. اللَّهمَّ اكْفِنَا وَ اِيَّاهُمْ جَمِيعًا شَرَّ
مَصَائِبِ الدُّنْيَا وَ الدِّين. اَللَّهُمَّ اَصْلِحْنَا وَ اَصْلِحْ
مَنْ فِى صَلاحِهِ صَلاحُ الْمُسْلِمِين. . اَللَّهُمَّ لا تُهْلِكْنَا وَ
اَهْلِكْ مَنْ فِى هَلاكِهِ صَلاحُ الْمُسْلِمِين. اَللَّهُمَّ اسْقِنَا
الْغَيثَ وَالرَّحْمَةَ وَ لا تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِين، اَللَّهُمَّ
ارْفَعْ وَاصْرِفْ عَنَّا وَ عَنِ الْمُسلِمِينَ الأَذَاى، والْبَلاء،
وَالْقَهْطِى، وَالْحُمَّى، والظُلْمَى، وَ جَمِيْعِ اَنْوَاعِ الْفِتَن،
وَالْمِحَن، وَاْلأَمْرَاضِ، وَاْلأَسْقَامِ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَ مَا
بَطَن، وَادْفعَِ اللَّهُمَّ عَنَّا سَرَّ الطَّاغِين، وَ الْبَاغِين،
وَالْمُعْتَدِين، وَالظَّالِمِينَ بِمَا شِئْتَ، عَاجِلاً غَيْرَ اَجَلٍ
فِى عَافِيَةٍ وَ سَلاَمَةٍ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَاحِمِيْن.
وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّد النَّبِيِّ اْلأُمِّيِّ وَ
عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ وَسَلَّم وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِين
Wahai Allah Perbaikilah kedaan kami,
Kasihanilah kami, Naungilah kami, Tolonglah kami, Selesaikanlah
permasalah kami, dan seluruh Muslimin.., Wahai Allah cukupkanlah kami
dan mereka semua (seluruh Muslimin) dari buruknya musibah dunia dan
agama kami.., Wahai Allah Perbaikilah kami dan perbaikilah semua yang
dengan perbaikan atasnya merupakan maslahat bagi muslimin.., Wahai Allah
janganlah engkau celakakan kami, dan celakakan mereka yang dengan
kecelakaan atasnya merupakan kemaslahatan bagi Muslimin.., Wahai Allah
curahilah kami hujan deras Rahmad Mu dan jadikan kami orang orang yang
tak berputus asa, Wahai Allah angkatlah dan singkirkanlah dari kami dan
dari Muslimin segala gangguan.., dan musibah, dan kekeringan, dan wabah
demam, dan kejahatan, dan segala bentuk fitnah, dan kesulitan cobaan,
dan wabah penyakit, dan kesakitan, dan dari segala yang terlihat dhohir
dan yang tersembunyi, Dan jauhkanlah dari kami Wahai Allah kejahatan
para penguasa keji, dan para perampok, dan para musuh musuh, dan orang
orang dhalim, dan jauhkanlah sejauh jauhnya menurut kehendak Mu, dengan
segera tanpa tertunda tunda, dalam kesehatan dan keselamatan, Wahai Yang
Maha Kasih sayang dari semua pemilik sifat kasih sayang. Dan sholawat
Allah atas junjungan kami, Muhammad, Nabi yang ummiy, dan juga atas
keluarga beliau dan para shahabat beliau, serta salam atas mereka. Dan
segala puji bagi Allah robbul ‘alamin.
Doa Qunut Nazilah ini dianjurkan Habib
Umar bin Muhammad al-Hafizh untuk dibaca setiap raka’at terakhir dari
shalat lima waktu. Hal ini disebabkan kaum Muslimin terus-menerus
ditimpa musibah, orang-orang yang memusuhi kaum Muslimin terus
bermunculan dimana-mana.
Membaca qunut nazilah ini secara
berterusan di zaman ini bukanlah perkara bid’ah, justeru ini sesuai
sunnah. Karena qunut nazilah itu biasa dibaca hingga semua musibah
diangkat dan atau orang-orang yang memusuhi dibinasakan. Sedangkan saat
ini musibah terus menimpa kaum Muslimin dan orang-orang yang memusuhi
Muslimin terus bermunculan. Maka dianjurkan oleh Habib Umar untuk terus
membaca qunut nazilah pada raka’at terakhir dari shalat lima waktu.
سَمِعتُ
اَبَا قُدَامَة يحكى عَن عَبد الرَّحْمَن بن مَهدِى في حديث اَنَس قَنَتَ
شَهرًا ثُمَّ تَرَكَهُ قَالَ عَبد الرَّحْمَن رَحِمَهُ الله اِنَّمَا
تَرَكَ اللَّعِن
Al-Hafizh al-Bayhaqiy meriwayatkan dalam
Sunan al-Kubra juz’ 2 halaman 201 dari Imam al-Hafizh Abdur Rohman bin
Mahdi mengenai hadits Anas bin Malik, “Qanata syahron tsumma tarokahu
(berqunut sebulan, kemudian meninggalkannya)” Berkata Abdur Rahman rah.,
“Bahwasanya (Rasulullah) meninggalkan mela’nat.”
Hal itu disebabkan la’nat dan kebinasaan
telah turun atas orang-orang yang dila’nat tersebut. Dan bukan untuk
menghapus qunut nazilah, apalagi untuk menghapus qunut shubuh. Karena
qunut shubuh itu terus dilakukan oleh Rasul hingga beliau wafat. Wallahu
a’lam.
sumber: blog of muslim
0 comments:
Post a Comment